Sejarah Maulid Simtud Durror

Al Habib Al Imam Al Allamah Ali bin Muhammad bin Husain Al Habsyi


Saat ini kitab maulid Simthud Durar adalah salah satu kitab maulid yang umum dibaca di Nusantara, selain BarzanjiSyaraful AnamDiba’iBurdah dan Dhiya’ul Lami’. Secara umum diketahui bahwa kitab maulid Simthud Durar ditulis oleh seorang ulama karismatik asal Hadramaut Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (w. 1915). 

Karena nama pengarang ini pula, banyak yang menyebut kitab ini dengan sebutan ‘Maulid al-Habsyi’. Habib Ali menulis kitab pada 1913 yang dua tahun kemudian 1915, Habib Ali meninggal dunia. 
Sejarawan dan antropolog, Linda Boxberger, menyebut bahwa pada masa hidupnya, Habib Ali selalu mengadakan perayaan maulid dengan membaca kitab ini satu minggu sekali di Masjid Riyadh di kota Say’un, Hadramaut. 
Bagaimana maulid Simthud Durar masuk ke Indonesia dan akhirnya bisa dikenal seantero negeri? Yang sering datang ke majelis kajian para habib tentu tahu dan sering mendengar ceritanya. Tulisan ini diperuntukkan bagi para sahabat yang tidak familiar dan tahu tentang informasi tersebut.
Kitab maulid Simthud Durar dipopulerkan di Nusantara melalui dua jalur: yang pertama murid dan yang kedua keturunan Habib Ali. Untuk jalur murid, yang pertama kali membawa Simthud Durar ke Indonesia adalah Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi (w. 1917).
Karena beberapa hal, Habib Muhammad pindah ke Surabaya dan secara reguler mengadakan kajian maulid di kota ini sampai akhir hayatnya pada 1917. Setelah wafatnya Habib Muhammad, yang melanjutkan tradisi perayaan maulid Simthud Durar adalah Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (w. 1968) atas izin keluarga Habib Muhammad.
Habib Ali Abdurrahman al-Habsyi termasuk dalam kategori murid Habib Ali pengarang Simthud Durar. Hal ini dikarenakan sejak umur 11 tahun ia memperdalam agama di Hadramaut yang mana salah satu gurunya adalah Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Setelah mendapatkan izin dari keluarga Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi awalnya mengadakan maulid di kantor pusat Jamʿiyyat al-Khayr Jakarta sebelum memindahkannya ke masjid yang beliau dirikan di daerah Kwitang, Jakarta Pusat.
Menurut catatan Guillaume Frédéric Pijper dari Kantor Penasehat Urusan Pribumi pemerintah kolonial Belanda, ketika ia mengobservasi kegiatan tersebut pada 1930-an, peringatan maulid Nabi di Kwitang dipenuhi sesak oleh para jamaah.
Ia memperkirakan, sekira 3.000 orang hadir dalam acara tersebut. Tidak hanya dari sekitar Jakarta Pusat, menurut Pijper, jamaah juga datang dari daerah Tanjung Priok, Jatinegara dan Tangerang. Karena populernya majelis ini, Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi kemudian lebih dikenal dengan sebutan Habib Ali Kwitang.
Habib Alwi adalah putra Habib Ali yang mengembara ke Nusantara setelah kematian sang ayah. Awalnya, Habib Alwi tinggal di Jakarta, sebelum pindah ke Semarang dan akhirnya menetap di Surakarta (Solo).
Pada 1934, Habib Alwi mendirikan masjid di daerah kecamatan Pasar Kliwon. Masjid tersebut diberi nama Riyadh merujuk pada nama masjid ayahnya di kota Say’un. Karena dirinya adalah putra pengarang Simthud Durar, banyak orang menghormati dan ingin mendapatkan barokah Habib Alwi termasuk mengikuti kajian maulid yang beliau lakukan.
Pasca wafatnya Habib Alwi, tradisi maulid Simthud Durar dilanjutkan oleh sang putra, Habib Anis bin Alwi al-Habsyi (w. 2006). Di tangan Habib Anislah, perayaan maulid Nabi dengan kitab Simthud Durar semakin dikenal oleh umat Islam di Surakarta pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya.
Sepanjang hidupnya, Habib Anis dikenal sebagai ulama bani Alawi terkemuka di Indonesia. Untuk mengenang pengarang Simthud Durar (dan juga keturunannya: Habib Alwi dan Habib Anis), setiap bulan Rabiussani masjid Riyadh mengadakan haul Habib Ali.
Haul ini bisa dikatakan salah satu even haul terbesar di Indonesia. Karena besarnya acara ini pula, sejak 2014, Pemkot Surakarta memasukkannya dalam agenda resmi tahunan pemerintah dalam satu frame kebijakan ‘Solo Kota Sholawat’.
Foto Dokumentasi Kegiatan Rutin Pembacaan Maulid Simtud Durror di SMK Negeri 7 Malang




Komentar

Postingan Populer